Senin, 15 Juni 2020

Budidaya Tanaman Jarak


Semakin menipisnya cadangan sumber energi tidak terbaharukan makin mengkhawatirkan banyak pihak, termasuk Indonesia yang kaya akan sumber energi ini. Hal inilah yang memicu negara-negara di dunia untuk mencari alternatif sumber energi yang bisa terbaharukan. Salah satu sumber energi masa depan adalah Tanaman Jarak. Meski produksi massal untuk minyak jarak masih terus dikembangkan, namun potensi bisnis budidaya jarak layak untuk dipertimbangkan. Apalagi di Indonesia tanaman jarak cukup mudah ditemukan dan dikembangkan . Selama ini tanaman jarak hanya dipakai sebagai pagar pembatas, karena itu dikenal pula dengan Jarak pagar.

Tanaman jarak pagar sangat potensial sebagai penghasil minyak nabati yang dapat di olah menjadi bahan minyak pengganti minyak bumi (solar dan minyak tanah). Tanaman jarak pagar selama ini tidak mendapat perhatian khusus karena penerapan kebijakan subsidi yang sangat besar untuk BBM sehingga mengolah minyak jarak tidak menguntungkan.

Menurut data Automotif Diesel Oil (ADO), konsumsi bahan bakar minyak Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi produksi dalam negeri dan diperkirakan cadangan minyak Indonesia akan habis dalam kurun waktu 10-15 tahun depan. Untuk menjawab kelangkaan dan keterbatasan energy fosil tersebut, beberapa gerakan telah dicanangkan oleh Presiden RI antara lain program revitalisasi pertanian,perikanan dan kehutanan dengan salah satu fokusnya adalah pengembangan Research and Development (R&D) melalui pemanfaatan biodiesel berbahan baku hasil tanaman di jatiluhur Jawa Barat dan melaksanakan menghematan energy di segala lapisan masyarakat.

Di Wilayah Jawa Barat hasil budidaya tanaman Jarak Pagar justru telah diborong oleh produsen bahan bakar hayati (biofuel) asal Malaysia yaitu Malaysia Bio Oil. Perusahaan tersebut berani membeli jarak lebih tinggi yaitu Rp.3000/kg sedangkan pasar lokal hanya Rp.700/kg